Bismillaahirrohmaanirrohiim...
"Seorang mukmin boleh salah, boleh gagal, boleh tertimpa mushibah, tetapi dia tidak boleh kalah menyerah pada kelemahannya, menyerah pada tantangan dan keterbatasannya, dia harus tetap menembus gelap untuk menyambut fajar, karena syurga bukanlah kado yang dihadiahkan begitu saja...."
Seorang teman lama semalam menjelang tidur mengirimkan SMSnya, ana kira dia ingin bertanya sesuatu terkait tesis yang sedang digarapnya....ternyata eh ternyata dia meminta tausyiah....Sengaja kukirimkan kata sederhana untuk kalian dipagi ini. Dan semoga bermanfaat dalam mengarungi kehidupan yang entah sampai kapan Penghujungnya...Aku hanya pemulung ilmu dari kehidupan ini dan belajar juga dari kalian
Ya. Seorang mukmin terkadang merasa imannya terjaga, ibadahnya nikmat, dan semangatnya kuat. Namun, adakalanya jenuh, bosan, lelah, dan lemah menghantam jiwanya. Fluktuasi militansi sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Dan, orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang ketika terjatuh segera bangkit kembali. Ketika hawa nafsu dan syaitan menggoda dan memengaruhi, ia segera tersadar dan tahu bahwa ia keliru kemudian memilih jalan yang seharusnya ia tempuh. Ketika melenceng dan bergeser sedikit saja, ia langsung beristighfar dan kembali ke jalan yang benar. Dia akan segera sadar, cepat ingat, tanpa perlu diteriakin orang lain.
Karenanya, PISAU KEPEKAAN -ketika menghadapi rangsangan untuk menyimpang- harus senantiasa DIASAH dan DIPERTAJAM. PEKA terhadap KESALAHAN. Ini semua tidak lain karena PERTOLONGAN, PENJAGAAN dan CINTA dari ALLOH Subhaanahu wa Ta'aalaa.
KEPEKAAN akan semakin tajam ketika tuntunan dan pesan-pesan Al Quran melekat pada dirinya, menginternal dalam ruh dan jiwanya, serta terwujud dalam amal kesehariannya. Karena AL QURAN adalah BASHAIR MIN ROBBIKUM (Bashiroh yang datang dari Tuhanmu). Maka ketika seorang mukmin jauh dari Al Quran, dia akan jauh dari Alloh, dan jauh dari pertolonganNya.
Ketika ada tantangan, rintangan, dan rangsangan yang membelokkan jalannya, ia sadar bahwa ini adalah musibah dan harus dihadapi dengan sikap istiqomah. Ketika 'azzamnya mulai goyah, ia segera sadar dan kembali menguatkannya. Ketika hati mulai terkotori, ia dapat merasakannya dan segera membersihkannya kembali dengan dzikrulloh. Ketika ruhiyah mulai ringkih, ia tersadar dan segera men'charge'nya kembali. Hanya dengan kekuatan dari Alloh, kita akan bisa istiqomah di jalan dakwah. Kita akan tetap militan bila kita bersama Alloh. Militansi akan selalu ada pada diri kita bila kita istiqomah bersama Alloh. Itulah kuncinya!! Karena tak ada kekuatan, selain kekuatan dariNYA.
Teruslah BERGERAK, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu.
Teruslah BERLARI, hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu.
Teruslah BERJALAN, hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu.
Teruslah BERTAHAN, hingga KEFUTURAN itu FUTUR menyertaimu.
Tetaplah BERJAGA, hingga KELESUAN itu LESU menemanimu.
(Ustadz Rahmat Abdullah)